Buah melon asal Desa Gabus Kecamatan Ngrampal
Kabupaten Sragen siap memasuki pasar eksport. Pasalnya budidaya tanaman melon
di desa ini telah mengikuti standart ASEAN Good Agriculture Pratices (GAP). Hal
tersebut diutarakan oleh Direktur Budidaya dan Pasca Panen Buah Kementerian
Pertanian RI Ir. Sri Kuntarsih, MM. saat panen perdana buah melon di Demplot
Pengembangan Kawasan Buah Melon standart ASEAN GAP di Desa Gabus Kecamatan
Ngrampal Kab. Sragen, Selasa (26 Juni 2012).
ASEAN GAP merupakan standar untuk panduan budidaya (buah
dan sayur) baik dalam proses produksi sampai panen serta penanganan pasca panen
di kebun dan di tempat dimana produk disiapkan dan dikemas untuk dijual. Sri
Kuntarsih mengungkapkan, saat ini Indonesia telah mengikuti program ASEAN GAP
yang konsekwensinya di tahun 2015 semua produk tanaman harus mengikuti standart
GAP agar bisa memasuki pasar eksport di Asean.
Pada kesempatan tersebut Kuntarsih memberikan
apresiasi pada kelompok tani Melon pimpinan Samin ini. Meski membudidayakan
Melon tidaklah gampang tapi nyatanya petani bisa memetik hasil panen dengan
baik. Apalagi jenis Melon yang di tanam ini terbilang jenis varietas baru yakni
Sakata Glamour. “Memang untuk mengikuti pangsa pasar, kita harus berani untuk
selalu mencoba jenis jenis varietas baru permintaan konsumen, “ katanya.
Budidaya tanaman Melon meski tingkat kegagalan
panenya tidak kecil namun hasilnya juga lumayan besar. Untuk sepertiga
hektarnya petani harus mengeluarkan modal biaya produksi sebesar 20 hingga 30
juta rupiah. Hasil panennya bisa mencapai 65 juta rupiah dalam masa tanam
sekitar dua bulan. Jadi petani akan untung bersih sekitar 40-an juta rupiah.
Kuntarsih mengungkapkan, sebenarnya tanaman melon
bisa dibudidayakan sepanjang masa, baik musim penghujan maupun musim kemarau.
Agar masa panen tidak berbarengan, Asosiasi Petani Melon-lah yang bertanggug
jawab untuk mengatur masa tanam. Apabila masa tanam bisa diatur, maka nantinya
panen melon akan bisa dilakukan sepanjang minggu, sehingga eksport pun juga
bisa dilakukan sepanjang waktu.
Agar kualitas produk yang masuk dalam program ASEAN
GAP nantinya bisa dijaga kualitasnya. Indonesia akan mendatangkan auditor ASEAN
GAP dari negara konsumen. “Sehingga kepercayaan dari negara konsumen akan tetap
terjaga,” tutur Kuntarsih.
Sementara Ir. Sumantri dari Dinas Pertanian Propinsi
Jawa Tengah mengungkapkan, dipilihnya kabupaten Sragen sebagai lokasi demplot
tanaman melon ASEAN GAP karena Sragen merupakan sentra budidaya melon di Jawa
Tengah. Selain itu di Sragen juga telah berdiri Asosiasi Agribisnis Melon
Indonesia (AAMI). Dengan mengikuti program ini, Sumantri mengharapkan, produksi
melon Indonesia akan terangkat harganya dan bisa memasuki pasar ekspot. Meski
demplot tanaman melon ini beberapa waktu lalu sempat terkena serangan hama Vusarium,
namun hal itu bukan merupakan kendala, karena sudah tertangani dengan baik.
Untuk membimbing para petani melon di demplot ini, Dinas Pertanian Prop Jateng
telah menunjuk Dr. Ir. Sobir sebagai pendamping teknis bagi para petani.
Sumber : http://www.publikanews.com/2012/07/melon-sragen-siap-masuk-pasar-eksport.html akses tanggal 01-06-2014 jam 06:47